Sejarah di Balik Bangunan Tua GPIB
GPIB Dulu GPIB Kini
Tanjungpinang
– Menilik bangunan tua di kota Tanjungpinang memang sangat beragam. Bangunan –
bangunan tua itu kebanyakan merupakan peninggalan sejarah pada masa penjajahan
Belanda. Dengan adanya peninggalan inilah kita dapat mengetahui bukti fisik
akan adanya sejarah penjajahan ketika itu.
Gereja
Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) merupakan salah satu dari sekian banyak
bangunan tua yang ada di kota Gurindam ini. Gereja yang digunakan untuk
beribadah umat Kristen protestan ini terletak di Jalan Gereja Nomor 1. Gereja
ini memiliki simbol ayam yang terletak di ujung atap bangunannya, untuk itu
gereja ini dikenal dengan Gereja Ayam oleh masyarakat Tanjungpinang.
GPIB
sudah ada sejak 14 Februari 1836 dengan bangunan gereja yang sangat sederhana
ketika itu. Dan gereja ayam ini merupakan gereja tertua di Kepulauan Riau yang
ketika diresmikan disebut "De Nederlandse
Hervormde Kerk te Tandjoengpinang" (Gereja Protestan Belanda di
Tanjungpinang). “Dari zaman Belanda gereja ini sudah ada dan sudah
berapa kali direnovasi.” Tutur Ibu Muskitta, yang merupakan jemaat GPIB
sekaligus kepala sekolah di SDS GPIB.
Pada masa kolonial Belanda gereja ini hanya
khusus digunakan kebaktian bagi orang Belanda dan kerabatnya, serta para angota
militer yang ditempatkan di Tanjungpinang. Hingga kini bangunan gereja masih
terawat sebagaimana mestinya. Meski sudah mengalami beberapa kali renovasi,
tetapi hal itu tidak mengubah bentuk asli bangunannya.
“Renovasi
tak banyak, hanya proses pengecatan dan renovasi-renovasi ringan.” Ujar Bu
Muskitta. GPIB mempertahankan eksistensinya dengan mendirikan SD dan SMP Swasta
GPIB sekitar tahun 1962 meski dilahan yang tidak begitu luas. “Kalau SD masih
ada sampai sekarang, tapi SMP nya sudah tutup sekitar 3 tahun lewat.” Ungkap
Bu. Muskitta.
Bangunan
itu sebagai bukti yang berupa benda untuk mengungkapkan peristiwa sejarah yang terjadi
pada masanya, dan peristiwa itu tidak akan terulang kembali saat ini. Untuk itu
perlunya sikap menghargai dan rasa cinta tanah air dalam menjaga peninggalan –
peninggalan sejarah, termasuk pula bangunan – bangunan tua.(AGus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar