Kamis, 07 Juni 2012

Tradisi Melayu Pusaka Kembar



Pusaka Kembar, Kesenian Lintas Suku

                   





             






Masyarakat Berangas ibukota Kecamatan Pulau Laut Timur, Kabupaten Kotabaru, Selasa (6/11) malam memenuhi lapangan kantor camat. Ratusan warga memenuhi lapangan terbuka, menyaksikan pagelaran apresiasi seni tradisional 2007 dari yayasan Pusaka Saijaan binaan Disbudpar setempat.

Malam itu, empat penari dan beberapa pemusik membawakan japin sigam dan mamanda (bercerita dalam bahasa Banjar). Tarian Pusaka Kembar laki-bini, mendapat perhatian meriah dari penonton.

Tarian yang dibawakan empat penari dengan alat musik berupa gong, piolin, kanung, babun dipentaskan dengan cerita drama. Tarian itu menceritakan seorang pria di kerajaan yang mencuri pusaka rumah jin tanpa sepengetahun raja.

Kemudian, keampuhan pusaka disalahgunaan pencuri untuk memerkosa para wanita desa sekitar kerajaan. Untuk menangkap pencuri itu, sang raja menyamar sebagai waria untuk memancing si pencuri. Pencuri pun tertangkap basah dan diketahui identitasnya lalu ditangkap dan diadili.

Seni tradisional ini, dikatakan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kotabaru sebagai ajang promosi dan melestarikan kesenian daerah Kalsel maupun Kotabaru.
Dijelaskan para personil kesenian yang seluruhnya 35 orang tidak hanya suku tertentu. Personilnya terdiri dari orang Jawa, Bajau, Bugis, Kotabaru dan Banjar.

“Kesenian tradisional daerah merupakan aset yang harus dilestarikan. Rencananya akan dijadikan event tahunan, karena sekali pagelaran dilakukan di empat kecamatan. Seperti Pulau Laut Timur, Pulau Laut Utara, Pulau Laut Tengah dan Cantung,” jelasnya.

Kesenian ini juga, katanya, cocok untuk memeriahkan acara pernikahan atau warga yang menggelar acara hajatan tertentu. Namun untuk acara politik menjelang pilkada ditegaskannya tidak akan dilakukan.

“Kesenian daerah murni untuk dilestarikan dengan cara dipentaskan di hadapan masyarakat dan bukan untuk acara politik seperti kampanye,” tegasnya.

Sejak digelarnya pementasan tari daerah ini selalu mendapat respon dari masyarakat. Banyak para orangtua yang ingin anaknya bergabung. Sehingga kesenian mamanda mulai digandrungi kaula muda.(iswahyudi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar